Rabu, 30 Maret 2011

Jangan Menunggu Esok Untuk Katakan Cinta

Terkadang kita tak sadar betapa betapa banyak yang penting dalam kehidupan kita
Waktu...ya..waktu adalah salah satu dari ribuan hal penting yang kita punya
Pi...tak jarang kita luput karenanya..

Sebuah kisah yang pilu tentang cinta dan waktu......
Tentang pengungkapan cinta dan waktu yang ia punya untuk cinta itu.....
Jangan sia siakan waktu kita ...
Apa yang kita bisa buat sekarang maka jangan tunda
Lakukanlah....!!!
Ungkapkan cinta kepada yang dicintai lakukan lakukanlah....!!!sebelum terlambat...
(By Anwar)


Ini adalah cerita dari temen saya di forum...
Karen terharunya saya ingin mengabadikan tulisanya di blogku ini...
Selamat membaca ya......^.^





Segalanya berawal ketika saya masih berumur 6 th.


Ketika saya sedang bermain di halaman rumah saya di Surabaya, saya bertemu

seorang anak laki-laki. Dia seperti anak laki-laki lainnya yang menggoda saya dan kemudian saya mengejarnya dan memukulnya.


Setelah pertemuan pertama dimana saya memukulnya, kami selalu bertemu dan

saling memukul satu sama lain di batas pagar itu. Tapi itu tidaklah
lama. Kami selalu bertemu di pagar itu dan kami selalu bersama. Saya
menceritakan semua rahasia saya.


Dia sangat pendiam... dia hanya mendengarkan apa yang saya katakan.
Saya menganggap dia enak diajak bicara dan saya dapat berbicara
kepadanya tentang apa saja.

Di sekolah, kami memiliki teman-teman yang berbeda tapi ketika kami
pulang kerumah, kami selalu berbicara tentang apa yang terjadi di
sekolah.


Suatu hari,saya bercerita kepadanya tentang anak laki-laki yang saya
sukai tetapi telah menyakiti hati saya.... Dia menghibur saya dan
mengatakan segalanya akan beres. Dia memberikan kata-kata yang
mendukung dan membantu saya untuk melupakannya.


Saya sangat bahagia dan menganggapnya sebagai teman sejati. Tetapi saya
tahu bahwa sesungguhnya ada yang lainnya dari dirinya yang saya suka.
Saya memikirkannya malam itu dan memutuskan kalau itu adalah rasa
persahabatan.


Selama SMA dan semasa kelulusan, kami selalu bersama dan tentu saja
saya berpikir bahwa ini adalah persahabatan. Tetapi jauh di lubuk hati,
saya tahu bahwa ada sesuatu yang lain.

Pada malam kelulusan, meskipun kami memiliki pasangan sendiri-sendiri,
sesungguhnya saya menginginkan bahwa sayalah yang menjadi pasangannya.


Malam itu, setelah semua orang pulang, saya pergi ke rumahnya untuk

mengatakannya. Malam itu adalah kesempatan terbesar yang saya miliki
tapi saya hanya duduk di sana dan memandangi bintang bersamanya dan
bercakap-cakap tentang cita-cita kami. Saya melihat ke matanya dan
mendengarkan ia bercerita tentang impiannya. Bagaimana dia ingin
menikah dan sebagainya. Dia bercerita bagaimana dia ingin menjadi orang
kaya dan sukses. Yang dapat saya lakukan hanya menceritakan impian saya
dan duduk dekat dengan dia.


Saya pulang ke rumah dengan terluka karena saya tidak mengatakan
perasaan saya yang sebenarnya. Saya sangat ingin mengatakan bahwa saya
sangat mencintainya tapi saya takut. Saya membiarkan perasaan itu pergi
dan berkata kepada diri saya sendiri bahwa suatu hari saya akan
mengatakan kepadanya mengenai perasaan saya.


Selama di universitas, saya ingin mengatakan kepadanya tetapi dia
selalu bersama-sama dengan seseorang. Setelah lulus, dia mendapatkan
pekerjaan di Jakarta. Saya sangat gembira untuknya, tapi pada saat
yang sama saya sangat bersedih menyaksikan kepergiannya. Saya sedih
karena saya menyadari ia pergi untuk pekerjaan besarnya. Jadi... saya
menyimpan perasaan saya untuk diri saya sendiri dan melihatnya pergi
dengan pesawat.


Saya menangis ketika saya memeluknya karena saya merasa seperti ini
adalah saat terakhir. Saya pulang ke rumah malam itu dan menangis. Saya
merasa terluka karena saya tidak mengatakan apa yang ada di hati saya.


Saya memperoleh pekerjaan sebagai sekretaris dan akhirnya menjadi
seorang analis komputer. Saya sangat bangga dengan prestasi saya. Suatu
hari saya menerima undangan pernikahan. Undangan itu darinya. Saya
bahagia dan sedih pada saat yang bersamaan.


Sekarang saya tahu kalau saya tak akan pernah bersamanya dan kami hanya
bisa menjadi teman. Saya pergi ke pesta pernikahan itu bulan
berikutnya. Itu adalah sebuah peristiwa besar. Saya bertemu dengan
pengantin wanita dan tentu saja juga dengannya.


Sekali lagi saya merasa jatuh cinta. Tapi saya bertahan agar tidak
mengacaukan apa yang seharusnya menjadi hari paling bahagia bagi
mereka. Saya mencoba bersenang-senang malam itu, tapi sangat
menyakitkan hati melihat dia begitu bahagia dan saya mencoba untuk
bahagia menutupi air mata kesedihan yang ada di hati saya.


Saya meninggalkan Jakarta merasa bahwa saya telah melakukan hal yang
tepat. Sebelum saya berangkat... tiba-tiba dia muncul dan mengucapkan
salam perpisahan dan mengatakan betapa ia sangat bahagia bertemu dengan
saya. Saya pulang ke rumah dan mencoba melupakan semua yang terjadi di Jakarta.


Kehidupan saya harus terus berjalan. Tahun-tahun berlalu... kami saling
menulis surat dan bercerita mengenai segala hal yang terjadi dan
bagaimana dia merindukan untuk berbicara dengan saya.

Pada suatu ketika, dia tak pernah lagi membalas surat saya. Saya sangat
kuatir mengapa dia tidak membalas surat saya meskipun saya telah
menulis 6 surat kepadanya..



Ketika semuanya seolah tiada harapan, tiba-tiba saya menerima sebuah
catatan kecil yang mengatakan: "Temui saya di pagar dimana kita biasa
bercakap-cakap"

Saya pergi ke sana dan melihatnya di sana. Saya sangat bahagia
melihatnya tetapi dia sedang patah hati dan bersedih. Kami berpelukan
sampai kami kesulitan untuk bernafas.


Kemudian ia menceritakan kepada saya tentang perceraian dan mengapa dia
tidak pernah menulis surat kepada saya. Dia menangis sampai dia tak
dapat menangis lagi... Akhirnya kami kembali ke rumah dan bercerita dan
tertawa tentang apa yang telah saya lakukan mengisi waktu. Akan tetapi,
saya tetap tidak dapat mengatakan kepadanya bagaimana perasaan saya
yang sesungguhnya kepadanya.


Hari-hari berikutnya... dia gembira dan melupakan semua masalah dan
perceraiannya. Saya jatuh cinta lagi kepadanya. Ketika tiba saatnya dia
kembali ke Jakarta, saya menemuinya dan menangis. Saya benci
melihatnya harus pergi. Dia berjanji untuk menemui saya setiap kali dia
mendapat libur.


Saya tak dapat menunggu saat dia datang sehingga saya dapat bersamanya. Kami selalu bergembira ketika sedang bersama.

Suatu hari dia tidak muncul sebagaimana yang telah dijanjikan. Saya
berpikir bahwa mungkin dia sibuk. Hari berganti bulan dan saya
melupakannya.


Suatu hari saya mendapat sebuah telepon dari Jakarta. Pengacara
mengatakan bahwa ia telah meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil dalam
perjalanan ke airport. Hati saya patah. Saya sangat terkejut akan
kejadian ini . Sekarang saya tahu... mengapa ia tidak muncul hari itu.
Saya menangis semalaman.


Air mata kesedihan dan kepedihan. Bertanya-tanya mengapa hal ini bisa

terjadi terhadap seseorang yang begitu baik seperti dia?


Saya mengumpulkan barang-barang saya dan pergi ke Jakarta untuk
pembacaan surat wasiatnya. Tentu saja semuanya diberikan kepada
keluarganya dan mantan istrinya. Akhirnya saya dapat bertemu dengan
mantan istrinya lagi setelah terakhir kali saya bertemu pada pesta
pernikahan. Dia menceritakan bagaimana mantan suaminya. Tapi suaminya
selalu tampak tidak bahagia.


Apapun yang dia kerjakan... tidak bisa membuat suaminya bahagia seperti
saat pesta pernikahan mereka. Ketika surat wasiat dibacakan,
satu-satunya yang diberikan kepada saya adalah sebuah diary.


Itu adalah diary kehidupannya. Saya menangis karena itu diberikan
kepada saya. Saya tak dapat berpikir... Mengapa ini diberikan kepada
saya?


Saya mengambilnya dan terbang kembali ke Surabaya.

Ketika saya di pesawat, saya teringat saat-saat indah yang kami miliki bersama.


Saya mulai membaca diary itu. Diary dimulai ketika hari pertama kami

berjumpa. Saya terus membaca sampai saya mulai menangis. Diary itu
bercerita bahwa dia jatuh cinta kepada saya di hari ketika saya patah
hati. Tapi dia takut untuk mengatakannya kepada saya.


Itulah sebabnya mengapa dia begitu diam dan mendengarkan segala
perkataan saya. Diary itu menceritakan bagaimana dia ingin
mengatakannya kepada saya berkali-kali, tetapi takut. Diary itu
bercerita ketika dia ke Jakarta dan jatuh cinta dengan yang lain.
Bagaimana dia begitu bahagia ketika bertemu dan berdansa dengan saya di
hari pernikahannya.


Dia berkata bahwa ia membayangkan bahwa itu adalah pernikahan kami.


Bagaimana dia selalu tidak bahagia sampai akhirnya harus menceraikan

istrinya. Saat-saat terindah dalam kehidupannya adalah ketika membaca huruf demi huruf yang saya tulis kepadanya.


Akhirnya diary itu berakhir dengan tulisan, "Hari ini saya akan mengatakan kepadanya kalau saya mencintainya"


Itu adalah hari dimana dia terbunuh. Hari dimana pada akhirnya saya akan mengetahui apa yang sesungguhnya ada dalam hatinya.


Jika engkau mencintai seseorang, "JANGAN TUNGGU ESOK HARI UNTUK
MENGATAKAN KEPADANYA" karena esok hari itu... mungkin takkan pernah ada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar